Ayah
Ayah….
Sosok laki-laki yang kukagumi
Tangguh dan penuh tanggung jawab
Di saat matahari terbangun dari tidurnya
Ia pun beranjak dari tidurnya
Ayah……
Sosok imam keluargaku
Membimbingku ke jalan yang benar
Mengajariku tentang arti kehidupan
Ayah…..
Kasihmu merasuk sukma
Kau menjagaku di kala bulan datang
Melindungiku dari kerasnya kehidupan
Hingga malam menjelang
Ku setia menunggumu disini, pulang
Kerja kerasmu, banting tulang
Seolah pahlawan yang terus berjuang
Terima kasih ayah
Atas kasihmu, membesarkanku bersama Ibu
Atas jerih payahmu untuk sesuap nasi halal
Ku hanya ingin kau tahu ayah
Bahwa aku mencintaimu seutuhnya
Balada Penyapu Jalan
Di saat malam berganti pagi buta
Udara dingin merasuk dada
Langit kelam, gelap gulita, menemani kesunyian
Kau bangun disaat mataku masih terpejam
Berjalan kau kesana
Melihat keonaran yang terjadi
Entah siapa pelakunya, kau tak peduli
Kau langkahkan kakimu dengan pasti
Lalu sapu itu menari-nari, ke kanan, ke kiri
Keringat bercucuran, menodai seragam lusuhmu
Sampai matahari pun terbangun, menyapaku
Memaksa mataku membalas sapaannya
Hari yang cerah, angin sejuk menenangkan
Di jalan itu kau berdiri
Di balik senyum yang kau ukir, ada rasa bangga
Kusampaikan terima kasihku pada angin
Ketika kulihat keonaran itu lenyap sudah
Kuharap ia menyampaikannya padamu
Selamat Tinggal Sahabat
Pagi itu cerah, matahari tersenyum lebar
Hari itu kita dipertemukan
Kau sapa aku, ku balas menyapa
Pandangan pertama, manis
Waktu cepat berlalu, tak mau berhenti
Kita sangat dekat sahabat
Kotak kebahagian, kesedihan, kecerian itu penuh sudah
Terisi nano-nano kisah kita
Kau keluargaku
Warnai hatiku dengan warnamu
Hapuskan coretan kesedihan di hati
Menggantinya dengan senyum yang kau ukir
Tapi kini ku sakit
Langit kebahagian itu menjadi kelam, gelap, hitam
Kau tahu mengapa?
Saat itu telah datang, saat kita berpisah
Sahabat
Pada siapa kan kusampaikan ceritaku lagi
Pada anginkah? Pada rumput yang bergoyang?
Tak ingin kubangun dari mimpi ini
Ku harus mengerti, begitupun juga kau
Jalan ini masih panjang
Janji yang terucap
Untuk mengukirnya dengan masa depan cerah
Selamat tinggal sahabat
Terima kasih untuk senyum, canda, dan 1001 kisah kita
Walau kau pergi
Kita masih berjalan di jalan itu, bersama selamanya
2 comments:
fenny, puisi ini masih ada direkaman hape aku. waktu itu kita ngerekam, ingat?
pasti lah ben! haha. wah iya? beben so sweet pisanlah :') sayang beben :*
Posting Komentar