Puisi - puisi mah makanan pokok

Ayah
Ayah….
Sosok laki-laki yang kukagumi
Tangguh dan penuh tanggung jawab
Di saat matahari terbangun dari tidurnya
Ia pun beranjak dari tidurnya
          Ayah……
          Sosok imam keluargaku
          Membimbingku ke jalan yang benar
          Mengajariku tentang arti kehidupan
Ayah…..
Kasihmu merasuk sukma
Kau menjagaku di kala bulan datang
Melindungiku dari kerasnya kehidupan
          Hingga malam menjelang
          Ku setia menunggumu disini, pulang
          Kerja kerasmu, banting tulang
          Seolah pahlawan yang terus berjuang
Terima kasih ayah
Atas kasihmu, membesarkanku bersama Ibu
Atas jerih payahmu untuk sesuap nasi halal
Ku hanya ingin kau tahu ayah
Bahwa aku mencintaimu seutuhnya







Balada Penyapu Jalan

Di saat malam berganti pagi buta
Udara dingin merasuk dada
Langit kelam, gelap gulita, menemani kesunyian
Kau bangun disaat mataku masih terpejam

Berjalan kau kesana
Melihat keonaran yang terjadi
Entah siapa pelakunya, kau tak peduli
Kau langkahkan kakimu dengan pasti

Lalu sapu itu menari-nari, ke kanan, ke kiri
Keringat bercucuran, menodai seragam lusuhmu
Sampai matahari pun terbangun, menyapaku
Memaksa mataku membalas sapaannya

Hari yang cerah, angin sejuk menenangkan
Di jalan itu kau berdiri
Di balik senyum yang kau ukir, ada rasa bangga
Kusampaikan terima kasihku pada angin
Ketika kulihat keonaran itu lenyap sudah
Kuharap ia menyampaikannya padamu








Selamat Tinggal Sahabat

Pagi itu cerah, matahari tersenyum lebar
Hari itu kita dipertemukan
Kau sapa aku, ku balas menyapa
Pandangan pertama, manis
          Waktu cepat berlalu, tak mau berhenti
          Kita sangat dekat sahabat
          Kotak kebahagian, kesedihan, kecerian itu penuh sudah
          Terisi nano-nano kisah kita
Kau keluargaku
Warnai hatiku dengan warnamu
Hapuskan coretan kesedihan di hati
Menggantinya dengan senyum yang kau ukir
          Tapi kini ku sakit
          Langit kebahagian itu menjadi kelam, gelap, hitam
          Kau tahu mengapa?
          Saat itu telah datang, saat kita berpisah
Sahabat
Pada siapa kan kusampaikan ceritaku lagi
Pada anginkah? Pada rumput yang bergoyang?
Tak ingin kubangun dari mimpi ini
          Ku harus mengerti, begitupun juga kau
          Jalan ini masih panjang
          Janji yang terucap
          Untuk mengukirnya dengan masa depan cerah
Selamat tinggal sahabat
Terima kasih untuk senyum, canda, dan 1001 kisah kita
Walau kau pergi
Kita masih berjalan di jalan itu, bersama selamanya

2 comments:

Haifa Nabila mengatakan...

fenny, puisi ini masih ada direkaman hape aku. waktu itu kita ngerekam, ingat?

FeClAr mengatakan...

pasti lah ben! haha. wah iya? beben so sweet pisanlah :') sayang beben :*

 

(c)2009 Fe Cl Ar. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger